Sebuah insiden baru terjadi beberapa malam yang lalu. Insiden yang
tidak disengaja yang membangunkan sesuatu yang tanpa kusadari telah ada
di dalam diriku. Kamis malam kemarin temanku yang bernama Lilo mampir
untuk mengobrol, minum dan nonton TV di rumahku. Lilo bekerja di kantor
yang sama denganku. Hari Jumat keesokannya adalah hari libur untuk
kantor kami jadi kami mendaptkan 3 hari libur di akhir minggu tersebut.
Karena itulah kami tidak terburu-buru menghabiskan malam itu. Berbeda
dengan istriku, Sandra; ia harus bekerja esok harinya. Dan karena
termasuk orang yang tidak suka tidur larut malam, ia pergi tidur sekitar
pukul 10:30. Sandra adalah salah satu orang yang paling lelap saat
tertidur. Beberapa kali aku pernah mencoba mengguncang-guncangkan
bahunya untuk membangunkannya, namun selalu gagal. Ia terus tertidur.
Setelah Sandra pergi tidur, Lilo dan aku duduk di ruang tamu dan
menonton DVD porno yang sengaja kami beli. Lagipula Sandra juga tidak
pernah suka menonton film-film seperti itu. Setelah beberapa adegan,
Lilo berkata, “Wah, pasti enak yah kalo punya cewe untuk diajak ngeseks!
Udah lama banget nih, gue kagak begituan!” Aku sedikit kaget mendengar
komentarnya. Lilo bukanlah pria yang buruk rupa. Dengan tinggi 175 cm
dan berat sekitar 70 kg, aku malah menduga ia mempunyai banyak teman
wanita. “Emangnya elu lagi ga jalan sama siapa-siapa, Lo?” tanyaku.
“Kagak. Sejak Bunga putus sama gue 2 taon yang lalu, gue agak-agak malu
untuk ajak cewe jalan,” jawabnya. Kami mengobrol tentang Bunga yang
ternyata tidak serius dengan Lilo. Setelah beberapa botol bir dan
beberapa adegan dari film porno yang kami tonton, Lilo bangkit berdiri
untuk pergi kencing.
Aku tetap duduk sambil menonton film itu
untuk beberapa saat dan akhirnya baru menyadari bahwa Lilo belum kembali
setelah cukup lama pergi kencing. Aku berdiri dan menghampirinya untuk
memeriksa apakah ia baik-baik saja. Saat aku berada pada jarak yang
cukup dekat dengan WC, aku melihat pintu itu terbuka. Aku masuk ke WC
dan mendapati Lilo berdiri di pintu yang menghubungkan WC dengan kamar
tidurku. Ia terlompat melihat aku masuk.
“Wah, sorry banget nih,”
katanya. “Waktu gue masuk, pintu ini memang udah terbuka. Dan waktu gue
mau keluar, gue liat dia terbaring seperti itu.” Aku berjalan mendekati
tempat Lilo berdiri dan melihat ke arah kamar tidurku. Sandra terbaring
menyamping sehingga punggungnya menghadap ke arah kami dengan kaki yang
sedikit tertekuk. Sandra tidur dengan mengenakan daster panjang namun
bagian bawahnya tersingkap sampai ke pinggul sehingga menampakkan
bulatan pantat yang halus, mulus dan terlihat tidak mengenakan celana
dalam. Pundaknya sedikit tertarik ke belakang sehingga memperlihatkan
kami sisi bukit dadanya dan tonjolan puting susunya dari balik daster
yang sedikit tembus pandang. Ia terlihat sangat seksi terbaring seperti
itu dengan remang-remang cahaya dari WC. Bibirnya sedikit terbuka dan
rambutnya yang panjang terhampar di atas bantal. Boleh dibilang posisi
Sandra saat itu seperti sedang berpose untuk pemotretan majalah dewasa.
“Gila!
Cakep banget!” kata Lilo sambil menahan nafas. “Gue mau disuruh apa aja
untuk mendapatkan cewe seperti dia, Kris.” Pada awalnya aku sedikit
kesal mendengar perkataan Lilo. Namun pada saat yang bersamaan, melihat
Lilo memandang istriku seperti itu tanpa sepengetahuan Sandra justru
membuat diriku terangsang. “Aduh, sorry nih, Kris. Gue rasa udah
waktunya buat gue untuk pulang,” kata Lilo berbalik badan untuk keluar.
“Eh, tunggu, Lo,” kataku. “Ayo masuk ke sini sebentar aja. Tapi jalannya
pelan-pelan, oke?” “Ha?! Elu mau gue masuk ke kamar elu?” “Kalo cuma
lihat doang mah ga ada yang dirugikan, kan? Tapi kita engga boleh buat
dia terbangun, oke?”
Bahkan aku sendiri tidak percaya apa yang
baru saja aku katakan. Aku mengijinkan pria lain masuk ke kamar tidurku
sehingga ia dapat melihat istriku yang dalam keadaan
A?a,?EssetengahA?a,?a"? telanjang. Aku pun masih tidak yakin apa dan
sejauh apa yang akan aku lakukan berikutnya.
Saat kami berjingkat memasuki kamarku, aku mendorong Lilo untuk mendekat ke samping ranjang. Bahkan Lilo sendiri terlihat tidak yakin. Pandangannya berpindah-pindah antara aku dan Sandra. Semakin mendekat ke ranjang, pandangannya lebih terarah ke Sandra. Sandra berbaring di pinggir ranjang di sisi tempat kami berdiri dan semakin kami mendekat, kedua bukit payudaranya semakin jelas terlihat.
Puting susunya dapat terlihat dari balik dasternya yang tipis. Walau bagian bawah dasternya sudah tersingkap namun kami masih belum dapat melihat bibir vaginanya karena tertutup oleh kakinya.
Saat kami berjingkat memasuki kamarku, aku mendorong Lilo untuk mendekat ke samping ranjang. Bahkan Lilo sendiri terlihat tidak yakin. Pandangannya berpindah-pindah antara aku dan Sandra. Semakin mendekat ke ranjang, pandangannya lebih terarah ke Sandra. Sandra berbaring di pinggir ranjang di sisi tempat kami berdiri dan semakin kami mendekat, kedua bukit payudaranya semakin jelas terlihat.
Puting susunya dapat terlihat dari balik dasternya yang tipis. Walau bagian bawah dasternya sudah tersingkap namun kami masih belum dapat melihat bibir vaginanya karena tertutup oleh kakinya.
Aku
hanya berdiri di sana dengan cengiran lebar memandangi Lilo dan istriku
bergantian. Dengan mulut ternganga, Lilo juga hanya memandangi istriku
dengan takjub dan kagum. “Gila, Kris. Seksi banget sih! Gue ga percaya
elu kasih gue liat bini elu dalam kondisi begini!”
Dengan hati-hati aku meraih tali daster Sandra dan menariknya turun melewati pundaknya turun ke lengan sehingga bagian atas dasternya tersingkap dan memperlihatkan lebih banyak lagi bagian payudaranya. Gerakanku terhenti saat kain bagian atas daster itu tertahan oleh puting Sandra.”Mau lihat lebih banyak?” aku berbisik.
Dengan hati-hati aku meraih tali daster Sandra dan menariknya turun melewati pundaknya turun ke lengan sehingga bagian atas dasternya tersingkap dan memperlihatkan lebih banyak lagi bagian payudaranya. Gerakanku terhenti saat kain bagian atas daster itu tertahan oleh puting Sandra.”Mau lihat lebih banyak?” aku berbisik.
“I-iyah!” Lilo berbisik balik. Dengan
sangat lembut aku mencoba untuk menurunkan tali daster itu lagi namun
puting susunya tetap menahan kain itu sehingga tidak dapat terbuka lebih
jauh. Aku menyelipkan jari-jariku ke bawah daster tersebut lalu dengan
hati-hati mengangkatnya sedikit melewati puting Sandra. Lilo menahan
nafasnya tanpa bersuara. Sekarang payudara kirinya sudah terbuka.
Putingnya yang sangat halus dan berwarna merah muda itu berdiri tegang
karena mendapat rangsangan dari gesekan kain dasternya tadi. Lalu aku
meraih ke tali dasternya yang lain dan meloloskannya dari pundak kanan
Sandra. Dengan lembut aku menarik kain daster itu melewati puting
sebelah kanannya. Kini kami dapat melihat kedua payudara Sandra tanpa
ditutupi benang sehelaipun. Aku membiarkan kedua tali dasternya
menggelantung di lengan dekat sikunya karena aku tidak mau mengambil
resiko kalau-kalau istriku terbangun. Lilo masih berdiri di sampingku
dan dengan mulut yang masih ternganga ia menatapi payudara dan pantat
Sandra yang kencang. Sesekali Lilo mengusap-usap tonjolan di
selakangannya walau ia berusaha agar aku tidak melihatnya. Penisku
sendiri sudah membesar dan berusaha memberontak keluar dari jahitan
celana jeans yang kupakai. Aku terangsang bukan hanya karena melihat
tubuh istriku namun juga karena apa yang sedang kuperbuat. “Jadi,
bagaimana menurut elu?” aku berbisik lagi. “Gila, man! Gue ga percaya
semua ini! Dia cantik banget! Gue sih cuma berharapA?a,?A|,” jawabnya
sambil mengusap tonjolan penisnya sendiri. Aku berpikir sejenak, “Kalau
sampai ia terbangunA?a,?A|, tapi lagipula aku memang akan mencobanya.”
Aku
menarik Lilo semakin mendekat ke ranjang lalu aku menunjuk ke payudara
istriku. “Ayo, pegang susunya. Tapi harus dengan lembut, oke? Gue nggak
mau ambil resiko nih.” Mata Lilo terbuka lebar sekali lalu mendekatkan
dirinya ke tepi ranjang. Ia membungkuk sedikit dan menjulurkan tangan
kirinya untuk meraih bulatan payudara istriku. Tangannya sedikit
bergetar dan tangan kanannya ditekankan di selangkangannya seakan
digunakannya sebagai penopang. Tapi aku tahu apa yang sebenarnya ia
kerjakan. Jari-jari itu dijulurkan makin lama semakin mendekat sampai
akhirnya ujung jarinya menyentuh kulit payudara Sandra tepat di bawah
areola. Dengan hati-hati Lilo meletakkan ibu jarinya di bagian bawah
payudara Sandra sebelum akhirnya ia geser perlahan-lahan naik ke puting
susu tersebut. Sandra tidak bergerak. Saat ibu jarinya mencapai bagian
areola, Lilo menggerakkan telunjuknya melingkari puting Sandra dengan
lembut.
Aku kenal Sandra sejak jaman masih bersekolah. Kami
berpacaran sejak saat itu dan akhirnya kami menikah. Dan dalam
sepengetahuanku, tidak pernah ada pria lain yang pernah melihat tubuh
Sandra sampai sejauh ini apalagi menyentuhnya. Lalu Lilo mulai meraba
payudara itu dengan sangat lembut dari yang satu berpindah ke payudara
yang lain. Sandra masih tak bergerak dalam tidurnya walaupun sepertinya
terlihat nafas Sandra menjadi lebih cepat. Lilo mulai menjadi lebih
berani dan dengan menambahkan sedikit tenaga, ia meremas kedua buah dada
Sandra. Lilo sudah tidak menutup-nutupi usahanya untuk mengusap-usap
penisnya dan kelihatannya ia berniat untuk menyemprotkan spermanya dari
balik celananya. Aku masih belum puas untuk membiarkan semua ini
berakhir saat itu, jadi aku menyuruhnya mundur sejenak sementara aku
melepaskan tali-tali daster itu dari lengan Sandra. Aku menarik turun
daster itu sejauh yang aku bisa tanpa harus menarik secara paksa kain
daster. Aku berhasil membuka tubuh bagian atasnya sampai pada bagian
bawah tulang rusuknya sebelah kiri. Lalu aku bergerak ke bagian
pinggulnya. Dengan hati-hati aku menarik kain yang menutupi bagian bawah
pantatnya lalu melepaskan kain itu dari kakinya yang menekuk. Hal ini
memperlihatkan seluruh pantatnya dan sebagian dari bibir vaginanya. Lilo
masih belum dapat melihatnya dari tempat ia berdiri saat ini. Aku
mendengar ia sedang melakukan sesuatu di belakangku. Dan begitu berbalik
badan, aku mendapatinya sedang memelorotkan celana jeansnya sebatas
testisnya sehingga ia dapat leluasa mengocok penisnya. Aku kembali
berbalik ke Sandra lalu meluruskan kaki kirinya. Hal ini membuat
bulu-bulu halus kemaluannya dapat terlihat bahkan sampai hampir ke bibir
vaginanya. Saat melihat aku melakukan hal ini, Lilo melongokkan
badannya melewati badanku untuk melihat tubuh Sandra lebih jelas
sementara ia bermasturbasi. Aku menarik kaki kiri Sandra dengan lembut
sehingga membuat tubuhnya berbaring terlentang menghadap ke atas dan
memperlihatkan seluruh tubuhnya secara frontal.
“Wahhhh, gila, man!” Lilo berbisik dan mulai mengocok penisnya lebih cepat.
“Jangan
cepet-cepet, brur,” aku memperingatkan dia. “Elu mau pegang memeknya
sebelum elu klimaks, kan?” Langsung Lilo berhenti mengocok dan menatapku
dengan pandangan seperti anak kecil yang dihadiahi sepeda baru.
“Mantap, man! Elu kasih gueA?a,?A|, ahhh, mantap, man!” Ia mengganti
tangan kanan dengan tangan kirinya untuk memegang penisnya, tapi tidak
mengocoknya. Lalu dengan tangan kanannya, yang sedari tadi digunakan
untuk mengocok penisnya, ia menyentuh bulu-bulu kemaluan Sandra dengan
perlahan. Lilo mulai membelai Sandra melalui bulu-bulu itu dengan
jemarinya. Namun tidak sampai ke bibir vaginanya. Sandra masih terlelap
namun nafasnya semakin bertambah cepat setelah Lilo mengusap-usap
kemaluannya. Setelah itu dengan menggunakan jari tengah dan telunjuknya,
Lilo mengusap turun ke sepanjang bibir vagina Sandra lalu mengusap naik
lagi sambil menaruh jari tengahnya di antara bibir kemaluan tersebut.
Begitu ia menarik tangannya ke atas, jari tengahnya membuka bibir vagina
itu dan wangi harum vagina Sandra mulai memenuhi kamar.”Gilaaaaa, man!”
desah Lilo sambil menarik ke atas jari-jarinya yang sudah masuk sedikit
ke dalam liang kewanitaan istriku.Saat jari Lilo menyentuh klitorisnya,
tubuh Sandra seakan tersentak sedikit lalu ia mendesah dengan suara
yang nyaris tak terdengar. Melihat hal ini Lilo segera menarik
tangannya.
Aku melihat bahwa istriku masih terlelap namun aku
tidak yakin apakah perbuatan ini dapat membangunkannya atau tidak. Lilo
menatap aku dan aku menganggukkan kepalaku memberi isyarat bahwa ia
dapat melanjutkan. Lalu dengan menggunakan tangan kirinya, Lilo mengocok
penisnya sampai cairan pelumas keluar dari ujung penisnya. Lilo menyapu
cairan yang keluar cukup banyak membasahi kepala penisnya kemudian
dengan tangan yang sama ia mulai mengusap-usap bibir kemaluan Sandra.
Kadang ia membuka bibir vagina tersebut dengan jari tengahnya. Sesekali
pinggul Sandra bergerak maju dan mundur sedikit dan ditambah dengan
desahan lembut yang keluar dari mulutnya. Lilo sudah mengocok penisnya
lagi. Lalu tiba-tiba sebuah ide timbul dalam otakku.
Dengan hati-hati aku menarik kaki kiri Sandra keluar dari ranjang sampai vaginanya berada tak jauh dari ujung ranjang namun masih cukup jauh bagi Lilo untuk menyetubuhi istriku. Penis Lilo tidak sepanjang itu dan lagipula aku tidak yakin apakah persetubuhan dapat membangunkannya. Dan juga aku tidak yakin apakah aku ingin Lilo menyetubuhi istriku karena hal ini masih baru buatku.
“Lo, ke sini deh,” aku berbisik sambil menarik lengannya. “Berdiri di antara pahanya. Dari sini elu bisa lebih leluasa mengusap-usap memeknya sambil ngocok. Tapi jangan ngentotin dia, ya? Elu denger, engga?” Lilo mengangguk dan segera pindah ke antara kedua paha Sandra. Lilo mengusap-usap vagina Sandra dengan jari-jari tangan kirinya dan mengocok penisnya dengan tangan kanan. Penis Lilo hampir sejajar tingginya dengan vagina Sandra dan berjarak sekitar 10 cm sementara ia mengocok penisnya dengan penuh nafsu. Lalu Lilo menggunakan ibu jarinya untuk mengusap-usap vagina Sandra sehingga ia dapat lebih mendekat lagi sampai pada akhirnya jarak antara penis dan vagina Sandra kurang dari 1A,A? cm.
Dengan hati-hati aku menarik kaki kiri Sandra keluar dari ranjang sampai vaginanya berada tak jauh dari ujung ranjang namun masih cukup jauh bagi Lilo untuk menyetubuhi istriku. Penis Lilo tidak sepanjang itu dan lagipula aku tidak yakin apakah persetubuhan dapat membangunkannya. Dan juga aku tidak yakin apakah aku ingin Lilo menyetubuhi istriku karena hal ini masih baru buatku.
“Lo, ke sini deh,” aku berbisik sambil menarik lengannya. “Berdiri di antara pahanya. Dari sini elu bisa lebih leluasa mengusap-usap memeknya sambil ngocok. Tapi jangan ngentotin dia, ya? Elu denger, engga?” Lilo mengangguk dan segera pindah ke antara kedua paha Sandra. Lilo mengusap-usap vagina Sandra dengan jari-jari tangan kirinya dan mengocok penisnya dengan tangan kanan. Penis Lilo hampir sejajar tingginya dengan vagina Sandra dan berjarak sekitar 10 cm sementara ia mengocok penisnya dengan penuh nafsu. Lalu Lilo menggunakan ibu jarinya untuk mengusap-usap vagina Sandra sehingga ia dapat lebih mendekat lagi sampai pada akhirnya jarak antara penis dan vagina Sandra kurang dari 1A,A? cm.
Pinggul Sandra masih sedikit bergoyang-goyang sesekali
dan pada satu saat, pinggul Santi bergerak ke bawah dan kepala penis
Lilo bersentuhan dengan bibir vagina Sandra. Penis Lilo menggesek
sepanjang bibir kemaluan istriku. Hal ini membuat Lilo meledak dan
berejakulasi. Spermanya muncrat ke mana-mana dan sebagian besar
tersemprot ke bibir vagina Sandra. Pada setiap semprotan, Lilo melenguh
dan beberapa kali dengan A?a,?Estanpa disengaja” ia menorehkan kepala
penisnya ke bagian atas dari bibir vagina istriku. Lilo pasti sudah lama
tidak berejakulasi karena sperma yang dikeluarkannya begitu banyak.
Saat selesai klimaks, Lilo mengurut penisnya untuk mengeluarkan lelehan
sperma yang masih tersisa di saluran penisnya. Ia membiarkan lelehan itu
jatuh ke bibir vagina Sandra yang sedikit terbuka. Dan saat mengalir ke
bawah di sepanjang bibir vagina tersebut, terlihat lelehan itu masuk
lalu menghilang begitu saja seperti tertelan bumi.
Lilo memandangku dan berbisik, “Gilaaaa, man! Gue ga tau cara berterima kasih sama elu, Kris!”
Aku tersenyum kepadanya dan memapahnya mundur secara ia telah selesai dengan urusannya.Sekarang saatnya giliranku. Aku berdiri di antara kakinya lalu melepaskan celanaku dan mulai mengocok penisku. “Lilo, elu keluar sebentar deh. Gue mau coba tarik badannya lebih ke pinggir supaya gue bisa ngentotin dia,” aku berbisik dengan lebih kencang. Lilo menurut dan berjalan menuju pintu kamar kalau-kalau istriku terbangun. Aku menarik tubuhnya sampai pantat sebelah kirinya menggantung di pinggir ranjang. Selama itu Sandra tidak bangun sama sekali namun nafasnya masih berat dan dari vaginanya keluar cairan pelumas dari tubuhnya bercampur dengan sperma Lilo. Lalu aku menyuruh Lilo masuk ke kamar lagi untuk membantuku dengan menyangga kaki dan pantat kiri Sandra sehingga tanganku dapat kugunakan dengan bebas. Lilo meraih kaki kiri Sandra dengan tangan kirinya lalu dengan tangan kanannya ia menopang pantat Sandra. Aku melihat ia meremas pantat istriku saat ia mencoba menopangnya. Dan aku mulai menggesek-gesekkan penisku naik dan turun ke bibir vaginanya yang sudah basah. Vaginanya sangat amat basah. Cairan vagina Sandra yang bercampur dengan sperma Lilo, membuat liang kewanitaan Sandra menjadi sangaaaat licin. Bahkan aku sudah hampir klimaks jadi aku dengan perlahan memasukkan batang penisku ke dalam liang kemaluan Sandra yang panas.
Aku tersenyum kepadanya dan memapahnya mundur secara ia telah selesai dengan urusannya.Sekarang saatnya giliranku. Aku berdiri di antara kakinya lalu melepaskan celanaku dan mulai mengocok penisku. “Lilo, elu keluar sebentar deh. Gue mau coba tarik badannya lebih ke pinggir supaya gue bisa ngentotin dia,” aku berbisik dengan lebih kencang. Lilo menurut dan berjalan menuju pintu kamar kalau-kalau istriku terbangun. Aku menarik tubuhnya sampai pantat sebelah kirinya menggantung di pinggir ranjang. Selama itu Sandra tidak bangun sama sekali namun nafasnya masih berat dan dari vaginanya keluar cairan pelumas dari tubuhnya bercampur dengan sperma Lilo. Lalu aku menyuruh Lilo masuk ke kamar lagi untuk membantuku dengan menyangga kaki dan pantat kiri Sandra sehingga tanganku dapat kugunakan dengan bebas. Lilo meraih kaki kiri Sandra dengan tangan kirinya lalu dengan tangan kanannya ia menopang pantat Sandra. Aku melihat ia meremas pantat istriku saat ia mencoba menopangnya. Dan aku mulai menggesek-gesekkan penisku naik dan turun ke bibir vaginanya yang sudah basah. Vaginanya sangat amat basah. Cairan vagina Sandra yang bercampur dengan sperma Lilo, membuat liang kewanitaan Sandra menjadi sangaaaat licin. Bahkan aku sudah hampir klimaks jadi aku dengan perlahan memasukkan batang penisku ke dalam liang kemaluan Sandra yang panas.
Walau sudah sangat basah namun
liang vagina Sandra masih sangat sempit secara Lilo tidak sempat
melakukan penetrasi. Akan tetapi penisku dapat menembus dengan mudah.
Segera aku memompa vagina Sandra dan setelah sekitar 10 pompaan maju
mundur, Sandra mengalami orgasme dalam tidurnya!!! Hal ini sudah cukup
membuatku melambung mencapai klimaks. Aku mulai menyemprotkan cairanku
masuk ke dalam vaginanya dan tiap muncratan seakan tersembur langsung
dari buah zakarku. Sandra mengerang-erang dalam tiap desahannya dan
begitu pula aku.
Lilo berkata, “Gilaaaa, man!” namun kali ini ia
tidak berbisik. Hal ini tidak jadi masalah karena Sandra tak bangun
sedikitpun selama kami menggarap tubuhnya. Ketika aku menarik penisku,
Lilo menaruh pantat dan kaki Sandra kembali ke ranjang. Lalu ia menunduk
menjilati dan mengecup puting susu Sandra dan menyedotnya saat ia
kembali menegakkan badannya. Aku sudah terlalu lemas untuk berkomentar
dan akhirnya aku hanya menarik tangannya untuk keluar kamar. Saat aku
berjalan mengantarnya ke luar rumah, Lilo tak habis-habisnya berterima
kasih kepadaku. Aku melambaikan tangan lalu mengunci pintu. Aku masuk ke
kamar, berbaring di atas ranjang di samping Sandra dan langsung
terlelap begitu saja.
Keesokan harinya, Sandra membangunkanku
dengan mencium telingaku. “Elu ga bakalan percaya apa yang gue mimpiin
kemarin malam!” katanya membuka pembicaraan. “Gue bermimpi ada banyak
tangan yang meraba-raba badan gue. Ngomong-ngomong, kemarin malam kita
ngapa-ngapain ga, yah?” Aku teringat kalau aku tidak sempat membersihkan
sperma yang tercecer di tubuhnya dan di ranjang sebelum pergi tidur
kemarin. “EeehhhA?a,?A|, iya lah. Memangnya elu engga ingat apa-apa?”
“YaahA?a,?A|, gue ga tau yah. Semuanya kaya dalam mimpi gitu. Mungkin gue setengah tidur kali. Tapi yang pasti asyik deh. Bagaimana? Apa elu berniat untuk melakukannya sekali lagi sekarang selagi gue ga ketiduran?” Pikiranku melayang ke kejadian kemarin malamA?a,?A|, “Hmmmm, bagaimana yah? Menurut elu bagaimana?” aku tersenyum.
“YaahA?a,?A|, gue ga tau yah. Semuanya kaya dalam mimpi gitu. Mungkin gue setengah tidur kali. Tapi yang pasti asyik deh. Bagaimana? Apa elu berniat untuk melakukannya sekali lagi sekarang selagi gue ga ketiduran?” Pikiranku melayang ke kejadian kemarin malamA?a,?A|, “Hmmmm, bagaimana yah? Menurut elu bagaimana?” aku tersenyum.
Pada minggu berikutnya di
kantor aku terus memikirkan malam itu dimana Lilo hampir menyetubuhi
istriku, Sandra. Aku dan Lilo tidak pernah menyinggung hal itu walau
beberapa kali kami saling melepas senyum. Lilo melemparkan senyum penuh
rasa terima kasih kepadaku.
Harus kuakui, aku sudah menjadi terobsesi dengan ide melihat istriku disetubuhi pria lain. Namun masih ada perasasan yang mengganjal. Melihat Lilo bermasturbasi di depan Sandra malam itu benar-benar tidak menjadi masalah bagiku. Tetapi dapatkah aku menerima melihat pria lain benar-benar berhubungan seks dengan istriku? Menjelang akhir minggu aku dapat melihat pandangan penuh harap dari wajah Lilo. Aku tahu apa yang ia pikirkan: “Apakah Kris bakal ngundang gue datang ke rumahnya lagi?”, “Apakah gue bisa dapat kesempatan dengan istrinya?”
Harus kuakui, aku sudah menjadi terobsesi dengan ide melihat istriku disetubuhi pria lain. Namun masih ada perasasan yang mengganjal. Melihat Lilo bermasturbasi di depan Sandra malam itu benar-benar tidak menjadi masalah bagiku. Tetapi dapatkah aku menerima melihat pria lain benar-benar berhubungan seks dengan istriku? Menjelang akhir minggu aku dapat melihat pandangan penuh harap dari wajah Lilo. Aku tahu apa yang ia pikirkan: “Apakah Kris bakal ngundang gue datang ke rumahnya lagi?”, “Apakah gue bisa dapat kesempatan dengan istrinya?”
Hari Jumat akhirnya tiba dan sebelum jam pulang kantor
aku mengajak Lilo untuk berkunjung lagi ke rumahku. Kegembiraan yang
besar meluap dari diri Lilo.
“Yeahhhhh! MANTAP!!! Gue bakal bawa
bir dan beberapa film untuk kita tonton!” katanya dengan penuh semangat.
“Oke. Datang jam 9-an deh,” jawabku. Aku tahu pada saat itu Sandra
pasti sudah mulai mengantuk dan keberadaan Lilo akan mendorongnya untuk
pergi tidur lebih cepat secara ia tidak begitu suka bergaul dengan Lilo.
Aku merasa geli sesaat membayangkan hal itu. Jika saja Sandra tahu apa
maksud kedatangan Lilo, ia pasti tidak akan tidur sepanjang malam,
setidaknya sampai Lilo pulang.
Lalu aku melakukan sesuatu yang
mengangetkan diriku sendiri. “Hey, Jo! Apa yang elu kerjakan malam ini?”
aku bertanya. Josua adalah pribumi berkulit gelap. Tinggi badannya
mencapai 190 cm dengan berat badan bisa mencapai 90 kg. Josua bukan
seorang yang gemuk namun ia memiliki tubuh yang besar dan kekar. “Ah, ga
banyak. Kenapa? Elu ada acara apa?” ia balik bertanya. “Sekitar jam 9
malam nanti Lilo bakal datang ke rumah gue untuk main-main. Minum,
ngobrol, apa aja deh. Kalo engga salah denger dia bilang dia bakal bawa
film-film BF. Gimana, berminat?” “Boleh, tapi mungkin gue bakal telat.
Gue musti kerjain sesuatu untuk bokap, tapi ga lama deh,” jawabnya.
“Engga masalah. Oke sampai ketemu nanti,” aku berkata sambil berpikir
mungkin memang ada baiknya Josua datang setelah Sandra tertidur.
Aku
menoleh dan melihat wajah Lilo yang terkejut, namun terkejut dalam
nuansa yang menggembirakan. Aku tersenyum dan sambil mengedipkan mataku
aku berjalan melewatinya, “Sampai nanti, Lo!” Malam itu saat makan
malam, aku terus memikirkan rencana malam nanti. Aku membeli sebotol
anggur dan meminumnya bersama Sandra dengan harapan ia dapat tertidur
pulas malam itu. Seperti yang aku harapkan, tidak memerlukan waktu yang
lama sampai Sandra mulai cekikikan karena pengaruh anggur yang ia minum.
Suatu keuntungan yang tidak terduga anggur tersebut juga memberikan
efek yang menstimulasi tubuhnya.
Dari bawah meja, Sandra mulai
menggesek-gesekkan kakinya yang terbalut stoking ke pahaku. Kemudian
setelah beberapa gelas anggur lagi, sambil menonton TV Sandra duduk
menghadapku dengan satu kaki diletakkan di lantai dan kaki lainnya
ditekuk sehingga ia mendudukinya. Hal ini menyebabkan roknya yang pendek
tertarik ke atas sehingga memperlihatkan pahanya dan ujung stokingnya.
Ia membuka kakinya sedikit untuk memperlihatkan kepadaku celana dalamnya saat bel pintu rumahku berbunyi. “Aaaah!” ia memprotes. Aku bangkit berdiri untuk membukakan pintu. “Siapa yah yang datang malam-malam begini?” aku bertanya seakan tidak tahu bahwa yang datang adalah Lilo.
Ia membuka kakinya sedikit untuk memperlihatkan kepadaku celana dalamnya saat bel pintu rumahku berbunyi. “Aaaah!” ia memprotes. Aku bangkit berdiri untuk membukakan pintu. “Siapa yah yang datang malam-malam begini?” aku bertanya seakan tidak tahu bahwa yang datang adalah Lilo.
Setelah
aku membuka pintu, Lilo masuk dengan kantong plastik di tangannya. Ia
berdiri di samping pintu setelah aku menutup pintu itu. Lilo memandang
Sandra dan mulai berbasa-basi dengannya. Saat kembali ke tempat dudukku,
aku menyadari bahwa Sandra masih dalam posisi yang sama. Sandra duduk
menghadap kami sambil memain-mainkan rambutnya. Ia benar-benar tidak
sadar sedang memperlihatkan terlalu banyak bagian tubuhnya kepada Lilo
saat ia duduk di sana dengan wajah yang terlihat kecewa. Lilo hanya
berdiri mematung di sana sementara mereka saling berpandangan. Sandra
memandangnya dengan pandangan kosong sedangkan Lilo memandangnya dengan
pandangan tidak percaya. Tiba-tiba Sandra tersadar akan posisi duduknya
dan cepat-cepat berbalik lalu menurunkan roknya. “Ayo duduk, Lo.
SiniA?a,?A|, gue taruh di kulkas dulu,” kataku sambil mengambil kantong
plastik yang berisi bir lalu berjalan ke dapur. Saat sedang memasukkan
bir-bir itu ke dalam kulkas, terdengar olehku Lilo berkata kepada Sandra
bahwa ia berharap kedatangannya tidak mengganggu acara aku dan Sandra.
“Oh enggak,A?a,?A| nggak apa-apa kok,” terdengar jawaban Sandra. Aku
tahu benar untuk bersikap sopan, Sandra membohongi Lilo. “Kita cuma
duduk-duduk sambil nonton TV doang kok,A?a,?A| dan sudah berniat untuk
tidur.”
Aku tahu Sandra mencoba untuk memberi isyarat kepada Lilo
bahwa kedatangannya sudah mengganggu kami. Sandra memang tidak tahu
apa-apa tentang rencana kami malam ini. “Apa rencana elu malam ini, Lo?”
sambil memberi bir, aku bertanya kepada Lilo setelah kembali dari
dapur. “Ah, nggak banyak lah. Cuma mampir untuk minum-minum sedikit.”
“Boleh-boleh aja. Gimana menurut elu, San?” aku bertanya sambil
memandangnya. Wajah Sandra menunjukkan kalau ia sudah pasrah bahwa Lilo
akan tetap tinggal sampai larut malam. “Ya sudah, kalau begitu gue
permisi dulu deh. Gue tidur duluan yah,” jawabnya dan bangkit dari sofa.
“Bagus!” pikirku, semua sesuai dengan rencana. “Oke, San. Gue nyusul
nanti,” kataku sambil tersenyum kepada Lilo. Dengan mulutnya, Lilo
melafalkan tanpa suara, “Gue juga!” setelah Sandra berjalan melewatinya
menuju kamar tidur. Setelah Sandra masuk ke kamar, Lilo dan aku duduk
menatap TV dengan pandangan kosong. Tidak satupun dari kami yang membuka
suara. Suasana saat itu menjadi tegang penuh harap apa yang akan
terjadi nanti.
Sekitar pukul 10 malam, aku mendengar Josua
memarkirkan mobilnya di depan rumah. Aku berdiri dan membuka pintu
sebelum ia membunyikan bel. Sebenarnya aku tidak berpikir suara bel
rumah kami akan membangunkan Sandra, namun aku tidak mau ambil resiko.
Pada awalnya kami bertiga mengobrol sana-sini setelah Lilo memutar film
yang dibawanya. Josua masih tidak tahu menahu tentang rahasia kecil
kami. Aku sendiri masih belum yakin benar untuk mengikutsertakan Josua
ke dalam rencana malam ini. Setelah 15-20 menit, aku melihat Lilo mulai
gelisah. Berulang kali Lilo terlihat beringsut dari tempat duduknya dan
memandangku seakan berharap mendapat kode persetujuan untuk memulai
acara malam itu. “Gue permisi sebentar yah,” kataku sambil berdiri
menuju kamar dan memberi isyarat kepada Lilo untuk tetap duduk di
tempatnya. Aku mau memastikan semuanya sudah pada tempatnya sebelum
acara dimulai. Dengan hati-hati aku berjalan masuk ke kamar. Sandra
tidur terlentang di ranjang dengan memakai daster imut yang semi
transparan. Aku rasa anggur yang diminumnya tadi sudah bereaksi dalam
tubuhnya secara Sandra tidur dengan kaki yang agak mengangkang dan kedua
lengannya tergeletak di atas kepalanya. Sandra terlihat sangat cantik
terbaring di sana dengan mulut yang sedikit terbuka (seperti biasanya)
dan rambut yang tergerai di atas bantal. Buah dadanya sudah dapat
terlihat dari balik kain dasternya yang tipis, menjulang seperti dua
gunung kembar.
Nampaknya semua sudah siap tanpa aku harus berbuat
apa-apa. Aku bergerak menuju pintu WC dengan perlahan lalu membukanya
sedikit sehingga kamar itu sedikit lebih terang oleh cahaya lampu dari
WC. Lalu aku keluar bergabung dengan Lilo dan Josua yang masih menonton
film porno yang sedang diputar. “Jo, elu mau bir lagi?” tanyaku berharap
supaya ia segera pergi kencing. “Boleh, thanks!” jawabnya. Lilo
mengikutiku berjalan ke dapur dan segera menghamburkan pertanyaannya,
“Elu mau gimana kerjainnya?” “Ya, gue rasa kita musti tunggu Josua pergi
ke WC dulu untuk kencing. Trus, barulah kita berdua masuk ke kamar dan
melihat apa yang bakal dia perbuat.”
Lilo tersenyum dan kembali ke ruang tamu. Kami masih menonton beberapa menit setelah itu dan mengomentari adegan-adegan di film tersebut. Tak lama setelah itu Josua berkata, “Eh, Kris,A?a,?A| WC elu dimana?” “Tuh di sana,” kataku sambil menunjuk ke arah WC. Aku berusaha agar suaraku tidak terdengar terlalu antusias. Josua berjalan menuju WC. Setelah aku mendengar pintu WC dikunci, aku dan Lilo bergegas menuju kamar. Setelah berada di dalam kamar, pandangan Lilo melekat ke tubuh Sandra yang terbaring di atas ranjang. Josua tidak menutup pintu yang menghubungkan WC dengan kamar tidurku. Mungkin ia tidak menduga akan ada orang lain di sana.
Lilo tersenyum dan kembali ke ruang tamu. Kami masih menonton beberapa menit setelah itu dan mengomentari adegan-adegan di film tersebut. Tak lama setelah itu Josua berkata, “Eh, Kris,A?a,?A| WC elu dimana?” “Tuh di sana,” kataku sambil menunjuk ke arah WC. Aku berusaha agar suaraku tidak terdengar terlalu antusias. Josua berjalan menuju WC. Setelah aku mendengar pintu WC dikunci, aku dan Lilo bergegas menuju kamar. Setelah berada di dalam kamar, pandangan Lilo melekat ke tubuh Sandra yang terbaring di atas ranjang. Josua tidak menutup pintu yang menghubungkan WC dengan kamar tidurku. Mungkin ia tidak menduga akan ada orang lain di sana.
Saat
ia selesai, aku dapat mendengar ia menarik resletingnya dan bersiap
keluar WC. Tiba-tiba aku mendengar Josua berhenti. Pasti ia telah
melihat Sandra. Ia seakan berdiri berjam-jam di sana sambil memandang
istriku terbaring di ranjang dengan payudaranya yang terlihat jelas dari
balik daster transparan yang dipakainya, naik turun mengikuti irama
nafasnya.
“Bangsaaattt!” aku mendengar Josua berbisik. Aku tidak
dapat menahan geli dan tergelak. Josua mendengar suaraku dan melongokkan
kepala masuk ke kamar dan mendapati kami sedang berdiri di sana. Segera
aku menempelkan telunjuk ke bibirku dan menyuruhnya untuk tidak
bersuara. Aku mengajaknya masuk. “Itu bini elo, Kris?” ia berbisik lagi.
Aku mengangguk lalu menuntunnya menuju sisi ranjang. Lilo mengikut dari
belakang dan berdiri di sebelah kiriku saat kami bertiga memandangi
tubuh istriku dari jarak dekat. “Gimana menurut elu?” tanyaku kepada
Josua sambil tersenyum. Ia menatap Sandra beberapa detik lagi lalu
menoleh ke aku dan menatapku sambil menduga-duga ada apa di balik semua
ini. “Cantik banget, Kris!” ia menjawab sambil setengah tersenyum.
Perlahan-lahan aku meraih kain selimut yang menutupi tubuh bagian
bawahnya lalu menarik kain itu sehingga memperlihatkan bagian perut
Sandra. Aku terus menarik selimut itu sampai ke bagian antara pusar dan
bulu-bulu kemaluannya. Kini kami dapat melihat ujung daster yang
dipakainya. Dengan hati-hati aku meraihnya dan mengangkat daster itu
melewati tubuh Sandra yang putih mulus, melewati payudaranya yang ranum.
Puting susunya yang kemerahan mulai mengeras karena angin dingin
tertiup yang diakibatkan oleh pergerakan tanganku dan dasternya. Aku
bergeser ke sebelah kiri untuk memberi ruang bagi Josua untuk berdiri
tepat di depan payudara Sandra. Sedangkan Lilo bergerak ke sebelah kanan
Josua berdiri tepat di depan wajah Sandra. Tanpa membuang waktu, Lilo
membuka celananya dan mulai mengocok penisnya sementara aku menuntun
tangan Josua untuk meraba buah dada istriku dengan lembut.
Melihat
perbedaan kontras antara tangannya yang besar dan hitam dengan kulit
Sandra yang putih saat Josua meraba-raba payudara Sandra membuatku
sangat terangsang! Tangannya sangat besar, hampir-hampir menutupi
seluruh payudara Sandra yang berukuran sedang. Dengan lembut Josua
menjepit puting susu Sandra dengan ibu jari dan telunjuknya sehingga
terdengar desahan lembut keluar dari mulut Sandra. Sementara itu, Lilo
sudah melepaskan celananya dan dengan mantap mengocok penisnya yang
diarahkan tepat ke wajah Sandra yang hanya terpaut beberapa senti dari
mulutnya yang sedikit terbuka. Lilo menoleh ke aku saat ia meremas
penisnya yang mengeluarkan cairan pelumas. Cairan itu dibiarkannya
meleleh dari kepala penisnya dan menetes tepat di bibir Sandra. Pada
awalnya Sandra tidak bergerak sama sekali sementara cairan itu
menggenangi bibir bawahnya. Namun sensasi yang dibuat cairan itu pada
bibirnya membuat Sandra menyapu cairan itu dengan lidahnya dan
menelannya.
Melihat hal ini, Josua ikut melepaskan celananya.
Setelah melepaskan celana jeans dan celana dalamnya, aku melihat penis
yang paling gelap dan terbesar yang pernah aku lihat. Mungkin setidaknya
panjangnya lebih dari 25 cm dan tebalnya lebih dari 6 cm. Membayangkan
penis sebesar itu menerobos masuk ke dalam vagina Sandra yang basah
membuat diriku bersemangat namun ada perasaan khawatir juga. Aku sadar
kalau sampai Josua memasukkan penisnya ke dalam vagina istriku, pasti
penis Josua akan memaksa mulut vaginanya meregang sampai melebihi batas
normal. Dan tidak ada keraguan dalam diriku bahwa hal ini pasti akan
membangunkan Sandra walau seberapa lelapnya ia tertidur saat itu.
Josua
memandangku sejenak sebelum ia menunduk dan mengulum puting susu
sebelah kanan Sandra sambil mengocok penisnya. Lalu ia membungkukkan
badannya sehingga pinggangnya maju ke depan dan mulai menggesek-gesekkan
penisnya ke payudara sebelah kiri. Setelah mengocok penisnya beberapa
saat, lendir pelumas mulai keluar dari ujung penisnya. Josua mengolesi
cairan itu ke seluruh bulatan payudara dan puting susu Sandra dengan
cara menggesek-gesekkan kepala penis itu ke payudara kirinya. Setelah
menyuruh Lilo bergeser sedikit, aku menarik turun kain selimut sampai
melewati ujung kakinya. Kini kami dapat melihat bulu-bulu halus
kemaluannya yang masih tertutup oleh celana dalam semi transparan itu.
Lilo menjamah kaki Sandra lalu mengelus-elusnya dari bawah bergerak ke
atas semakin mendekat ke selangkangan Sandra sambil terus mengocok
penisnya.
Hal ini merebut perhatian Josua. Ia kini menonton aksi
Lilo sambil terus mengolesi payudara Sandra dengan cairan pelumas yang
terus keluar dari penisnya. Rabaan Lilo akhirnya mencapai bagian atas
paha Sandra. Ia membelai jari-jarinya ke bibir vagina istriku yang masih
dilapisi kain celana dalamnya. Setelah Lilo membelai naik dan turun ke
sepanjang bibir vaginanya, pinggul Sandra mulai bergoyang maju mundur
walau hanya sedikit. Dan itu merupakan pergerakan Sandra yang pertama
sejak semua ini dimulai (selain gerakan menjilat bibirnya tadi). Aku
semakin bersemangat. Dengan lembut aku mengangkat tubuh Sandra sehingga
aku dapat melepaskan celana dalamnya, pertama ke sebelah kiri lalu ke
sebelah kanan. Setelah dapat menarik celana dalamnya sampai ke setengah
pahanya, segera aku menarik celana itu sampai lepas dari kakinya. Sandra
kini telanjang bulat di hadapan dua pria yang sudah dikuasai nafsu
birahi. Melihat istriku yang cantik terbaring tanpa mengenakan busana di
hadapan Lilo dan Josua sementara mereka meraba, menggesek dan
menjelajahi setiap jenjang tubuh istriku, membuatku hampir meledak. Lilo
menggeser kaki kiri Sandra sehingga keluar dari sisi ranjang lalu
menyelinap ke antara pahanya dan dengan jari-jarinya mulai menjelajahi
vagina Sandra yang rapat. Awalnya masih dengan hati-hati, dengan
menggunakan ibu jarinya, Lilo mengusap-usap bibir vagina istriku dengan
wajahnya hanya terpaut beberapa senti dari liang kewanitaannya.
Kemudian
Lilo memegang klitoris Sandra dengan ibu jari dan telunjuknya lalu
memilinnya dengan lembut. Hal ini membuat Sandra mendesah dan
menggeliat-geliat sehingga membawa kakinya ke pundak Lilo. Josua sambil
menggesek-gesekkan batang penisnya ke kedua payudara Sandra juga
meremas-remas payudara itu, menonton aksi Lilo di antara paha Sandra.
Ketika perhatianku kembali kepada Lilo, ia sudah menggantikan
jari-jarinya dengan lidahnya! Dengan lembut Lilo meletakkan salah satu
jarinya ke liang kewanitaannya. Ia menahannya di sana beberapa saat
sampai cairan vagina Sandra membasahi jari itu. Baru setelah itu ia
menusukkan jari itu dengan perlahan masuk ke dalam vagina istriku.
Sandra tersengal dan kedua kakinya dikaitkan di sekeliling kepala Lilo.
Tanpa putus semangat, Lilo meneruskan serangannya dengan menggunakan
lidah dan jarinya pada vagina istriku.
Tidak ada pria lain mana
pun yang pernah melakukan hal ini terhadap Sandra selain dari diriku.
Berdiri di antara Lilo dan Josua, aku langsung melepaskan celanaku dan
mulai mengocok penisku sementara mereka menggarap istriku. Tiba-tiba
Josua berpindah posisi dan dengan perlahan menarik bahu Lilo. Lilo
memandang wajah Josua sejenak lalu pandangannya turun ke penis besarnya
yang terarah tepat langsung ke mulut bibir kewanitaan Sandra. Lilo
mundur mengijinkan Josua mengambil tempatnya yang langsung mengolesi
kepala penisnya ke sepanjang bibir vagina istriku. Aku dapat melihat
cairan pelumas yang keluar dari penisnya membasahi vagina dan bulu-bulu
kemaluannya.
Aku terpekur dan tidak bisa bergerak sama sekali.
Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Aku tahu bahwa Josua hendak
menyetubuhi istriku dengan penis raksasanya, namun bukan hal itu yang
meresahkan aku. Jauh dalam lubuk hatiku sebenarnya inilah yang aku
inginkan dan yang sudah aku rencanakan. Akan tetapi aku tahu pasti bahwa
Sandra akan terbangun begitu penis itu memasuki tubuhnya. Terlebih lagi
aku baru menyadari bahwa diafragma (alat KB) Sandra tergeletak di atas
meja. Biasanya, ia memakai diafragmanya ketika ia tahu kami berniat
untuk melakukan A?a,?EssesuatuA?a,?a"?, bahkan jika ia pergi tidur
sebelum aku tidur. Namun malam itu, aku rasa ia sudah mabuk sehingga
lupa memakainya. Gambaran adegan pria berkulit gelap ini menyemprotkan
air maninya ke dalam liang vagina istriku yang tidak dilindungi alat KB,
memicu sesuatu dalam diriku walau sebenarnya aku INGIN melihat Josua
menumpahkan spermanya ke dalam vagina Sandra. Aku sudah tidak dapat
mengontrol keinginanku untuk melihat hal ini. Boleh dibilang aku memang
sudah kehilangan kontrol atas situasi ini. Setelah membalur kepala
penisnya dengan cairan yang keluar dari vagina Sandra, Josua menaruh
kepala penis itu di depan mulut bibir vagina istriku laluA?a,?A|
menekannya masuk.
Dengan perlahan kepala penis itu mulai
menghilang dari balik bibir vagina itu. Bibir vagina istriku meregang
dengan ketat sehingga mencegah kepala penis itu masuk lebih dalam. Masih
dalam keadaan terlelap, Sandra membuka mulutnya saat ia tersengal
begitu merasakan sedikit rasa perih pada selangkangannya. Aku berpikir:
Jika hanya kepala penisnya yang baru masuk saja sudah membuat istriku
kesakitan, apa jadinya saat Josua mencoba untuk menghujamkan seluruh
batang penis itu ke dalam tubuhnya? Tapi untunglah Josua bersikap lembut
dalam serangan awal pada vagina Sandra. Dengan selembut mungkin dan
dalam kondisinya yang sudah sangat terangsang, Josua menggoyangkan
pantatnya dalam gerakan maju mundur yang pendek-pendek sehingga membuat
bibir vagina istriku lebih meregang sedikit demi sedikit seiring dengan
semakin mendalamnya tusukan penis itu.
Lilo kembali pindah ke
depan kepala Sandra. Ia bermain-main dengan payudaranya sedang tangannya
yang lain mengocok penisnya di atas wajah Sandra. Sesekali Lilo
membungkuk dan dengan lembut mencium bibir istriku yang sedikit terbuka
itu, menjulurkan lidahnya sedikit masuk ke dalam mulutnya sementara
terus meremas-remas payudaranya sambil mengocok penisnya. Saat lidah
Lilo menyentuh lidahnya, dengan gerak refleks Sandra menutup bibirnya
sedikit sehingga bibirnya membungkus lidah Lilo. Dengan segera Lilo
menarik wajahnya ke belakang lalu menyodorkan kepala penisnya masuk
sedikit ke dalam bibir Sandra yang agak terbuka. Seperti sedang bermimpi
erotis, Sandra mulai mengecup ujung kepala penis Lilo. Aku mendengar
Lilo mengerang saat aku mendengar suara menyedot keluar dari bibir
sandra
Perhatianku kembali kepada usaha penerobosan Josua
terhadap tubuh istriku. Saat ini sudah sekitar 5 cm dari penisnya masuk
ke dalam vagina Sandra dan bagian yang paling tebal dari penisnya hampir
masuk ke dalamnya.
Tiba-tiba, seakan pembatas yang menghalangi penis itu masuk lebih dalam lenyap dalam sekejap, bagian penis yang paling tebal itu langsung masuk ke liang kewanitaan Sandra. Josua mulai menggenjot panggulnya dengan serius. Ia baru saja memasukkan 2/3 dari penisnya saat tiba-tibaA?a,?A|A?a,?A| SANDRA TERBANGUN!
Tiba-tiba, seakan pembatas yang menghalangi penis itu masuk lebih dalam lenyap dalam sekejap, bagian penis yang paling tebal itu langsung masuk ke liang kewanitaan Sandra. Josua mulai menggenjot panggulnya dengan serius. Ia baru saja memasukkan 2/3 dari penisnya saat tiba-tibaA?a,?A|A?a,?A| SANDRA TERBANGUN!
Mula-mula
kedua mata istriku melotot lalu ia tersengal dan mengeluarkan penis
Lilo dari mulutnya sementara ia merasakan vaginanya meregang sampai
batas maksimal. Kami bertiga diam membeku saat orientasi Sandra yang
baru terbangun sedikit demi sedikit terkumpul dan pada akhirnya Sandra
tersadar sepenuhnya akan apa yang sedang terjadi. Pandangannya berpindah
dari penis Lilo yang menggantung di depan bibirnya lalu ke Josua yang
penisnya sudah masuk ke dalam vaginanya. Tiba-tiba, yang benar-benar
membuatku terkejut, Sandra melingkarkan kedua kakinya ke pantat Josua
lalu menekankan tubuh Josua agar penisnya terbenam semakin dalam pada
vaginanya. Sandra mengerang saat penis itu masuk 4 cm lebih dalam. Sudah
sebagian besar dari batang penis itu masuk ke dalam tubuhnya dan dalam
tiap hentakan, penis itu menerobos semakin dalam. Lilo menaruh kepala
penisnya di bibir Sandra dan sekali lagi Sandra mulai menghisapi kepala
penis itu. Namun konsentrasinya jatuh pada penis Josua yang meregang
bibir vaginanya sampai batas yang belum pernah ia bayangkan sebelumnya.
Setiap
kali Sandra hendak menghisap kepala penis Lilo, Josua menancapkan
penisnya lebih dalam yang membuatnya terhenti sejenak dengan desahan
yang keluar dari mulutnya. Aku mulai mengocok penisku dengan lebih cepat
ketika aku melihat Josua menghujamkan seluruh batang penisnya ke dalam
Sandra. Bibir vaginanya ikut tertarik ke dalam seiring dengan masuknya
penis itu. Dan saat Josua menarik penisnya keluar, cairan cinta Sandra
terlihat membasahi batang penis itu dan bagian dalam vaginanya terlihat
ikut tertarik keluar seperti saat kita menarik keluar jari-jari kita
dari dalam sarung tangan. Dalam waktu singkat Sandra berorgasme dengan
KUAT! Penis Lilo terlepas bebas dari mulutnya saat ia melenguh dengan
kuat, “OOOOHHHHHHhhhhA?a,?A|..!” Seluruh tubuhnya mengejang sementara
gelombang demi gelombang orgasme menyapu seluruh tubuhnya dan tiap kali
teriakannya semakin kencang secara orgasmenya berlanjut dan semakin
menguat. Getararan-getaran dalam vagina istriku yang membungkus rapat
penisnya akhirnya membuat Josua mencapai klimaksnya. Suara erangannya
terdengar keluar dari dalam mulut Josua sementara ia menghujamkan
penisnya dengan keras sekali lagi lalu memuntahkan cairan sperma jauh di
dalam vagina Sandra. Erangan dan desahan mereka bercampur seiring
dengan klimaks mereka yang akhirnya mereda juga. Cairan sperma yang
terlihat seperti gumpalan besar meleleh saat Josua menarik penisnya dari
dalam vagina istriku.
Dengan Sandra masih tergeletak lemas di
atas ranjang, Lilo segera melompat ke antara kaki Sandra. Ia
mengoles-oleskan penisnya ke vagina istriku yang basah oleh sperma Josua
dan cairannya sendiri. Lalu dengan mudah Lilo memasukkan penisnya ke
dalam vagina Sandra yang sudah meregang melebihi batas itu. Setelah
beberapa genjotan, Lilo menarik penisnya dan mengarahkan ke lubang anus
istriku. Bahkan aku pun belum pernah memasukkan penisku lewat pintu
belakang. Aku menduga-duga apakah istriku akan menghentikan perbuatan
Lilo.
Ternyata Sandra tidak memberikan perlawanan sedikitpun,
namun demikian saat penis Lilo masuk setengahnya ke dalam liang
duburnya, Sandra meringis kesakitan. Tak lama setelah itu, otot-otot
duburnya mulai rileks dan Sandra mulai menggenjot pantatnya sehingga
penis Lilo masuk sepenuhnya ke dalam anusnya. Josua berpindah ke dekat
wajah Sandra. Ia memegang penisnya yang penuh dengan cairan sperma
bercampur cairan cinta dari vaginanya di atas mulutnya. Dengan lembut
Sandra membersihkan cairan itu dengan mulutnya dan sesekali memasukkan
penis yang sudah melemas itu sejauh yang ia bisa ke dalam mulutnya.
Walau sudah melembek, penis Josua tak kurang dari 18 cm panjangnya dan
Sandra mampu menelan sampai sekitar 15 cm sementara Lilo memompa anusnya
yang masih perawan. Suara erangan Lilo semakin membesar saat aku
mengangkangi dada istriku dan menekan kedua payudaranya ke penisku yang
sudah berdenyut-denyut. Dan aku mulai menggoyang-goyangkan pinggangku.
Sandra
mengeluarkan penis Josua dari mulutnya dan mulai menjilati kepala penis
itu sambil memain-mainkan penis dan buah zakarnya yang licin. Baru saja
aku hendak memuntahkan spermaku ke atas dada dan wajah Sandra, aku
mendengar Lilo mengerang untuk yang terakhir kalinya saat ia
mengosongkan muatannya ke dalam pantat istriku. Hal ini membuatku
mencapai klimaks dan menyemburkan cairanku ke dada Sandra. Secepat kilat
aku meyodorkan penisku masuk ke dalam mulut istriku dan ia mulai
menyedot seluruh semburan sperma yang masih tersisa. Sandra terus
mengulum penisku yang melembek sementara aku terkulai lemas. Aku menoleh
ke belakang melihat Lilo menarik penisnya dari dalam anus istriku
dengan suara yang basah, “Thllrrrpp!” Lilo yang pertama kali
mengeluarkan suara, “Gilaaaaa, man! Enak beneerrrr!” Aku hanya dapat
menghela nafas begitu aku terkulai di samping Sandra. Sandra tersenyum
kepadaku dengan wajah nakal dan imutnya. Sambil masih bermain-main
dengan penis Josua yang besar itu,
Sandra berkata dengan pelan, “Elu bener-bener penuh kejutan, yah!”
“Bukan cuma gue, tuh,” jawabku, “Kelihatannya elu juga penuh kejutan!”
“Bukan cuma gue, tuh,” jawabku, “Kelihatannya elu juga penuh kejutan!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar